Indikator kemiskinan, Jenis Kemiskinan, masalah kemiskinan dan solusi mengatasi kemiskinan



Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia ini.. Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan tidak mudah untuk mengukurnya. Namun demikian kemiskinan dapat dibagi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
 Kemiskinan absolut yakni kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara layak. Bila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan miskin. Jadi kemiskinan diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut garis kemiskinan (poverty line).  Konsep ini disebut dengan miskin absolut. Tujuan konsep ini untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup (Todaro, 2006).
Kebutuhan dasar meliputi 2 unsur : pertama kebutuhan yang meliputi tuntutan minimum tertentu dari suatu keluarga sebagai konsumsi pribadi seperti makanan yang cukup, tempat tinggal, pakaian, peralatan dan perlengkapan rumah tangga. Kedua kebutuhan meliputi pelayanan sosial yang diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum yang bersih, pendidikan dan kultural.
Sedangkan kemiskinan relatif yakni bila dibandingkan dengan orang di sekitarnya. Orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin”. Walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih  rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, dibandingkan dengan keadaan lingkungan orang yang bersangkutan. 
Ada banyak sebab-sebab kemiskinan. Kemiskinan masal yang terjadi di banyak negara yang baru saja merdeka setelah Perang Dunia  II memfokuskan pada keterbelakangan dari perekonomian negara tersebut sebagai akar masalahnya (Hardiman dan Midgley, 1982 dalam Kuncoro; 2000). Penduduk negara tersebut miskin karena menggantungkan diri pada sektor pertanian yang sub sistem, metode produksi yang tradisional, yang dibarengi dengan sikap apatis terhadap lingkungan.
Sharp, et al 1996 dalam Kuncoro 2000 mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya perbedaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam  kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. .  Sementara itu Amar (2002) juga menyebutkan bahwa faktor penyebab kemiskinan adalah SDA yang rendah, teknologi rendah, kelembagaan belum berfungsi, SDM rendah, kesehatan rendah, aksesibilitas terhadap kelembagaan rendah, masih kurang mata pencaharian alternatif, serta faktor geografis dan sistem nilai budaya masyarakat.
Adapun Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :

1.   Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar peluangnya untuk memperoleh pekerjaan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin sulit untuk memperoleh pekerjaan. Pendidikan seseorang akan mencerminkan produktivitas orang tersebut. Orang yang memiliki pendidikan biasanya memiliki keterampilan, ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Dengan paradigma seperti ini, maka tentu akan berpengaruh terhadap peluang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Orang yang tidak memiliki pendidikan atau memiliki pendidikan rendah akan terisolir, sehingga hal ini menyebabkan orang tersebut menjadi pengangguran dan tidak memiliki pendapatan sehingga orang tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya (kemiskinan relatif). Artinya, dengan kata lain tingkat pendidikan berbanding lurus dengan kemiskinan.

2.   Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkan pekerjaan. Orang yang menganggur tidak bisa memperoleh pendapatan atau penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (sehingga mereka termasuk dalam kategori miskin). Padahal seperti yang kita tahu, semakin lama kebutuhan manusia itu biasanya relatif mengalami peningkatan, hal ini bisa disebabkan karena “tuntutan hidup” yang semakin mendesak. Hal ini berdampak pada terjadinya tingkat kriminalitas yang semakin tinggi. Selain itu, semakin banyak pengangguran di suatu negara, maka semakin rendah pendapatan per kapita yang berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat, sehingga semakin tinggi tingkat kemiskinan di negara tersebut.

3.   Bencana Alam.
Bencana alam berpengaruh terhadap kemiskinan. Adapun bencana alam yang terjadi misalnya gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir, dan longsor. Jika bencana alam ini terjadi maka penduduk akan kehilangan berbagai macam asset yang telah mereka miliki, sehingga mereka harus berusaha membangun semuanya dari awal lagi. Selain itu, bencana alam juga menyebabkan para petani banyak mengalami gagal panen, sehingga hal ini berdampak pada pendapatan yang diterima oleh petani tersebut, akibatnya mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan sebab-sebab terjadinya kemiskinan di atas, maka ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi atau mengurangi kemiskinan tersebut. Adapun cara mengatasi kemiskinan antara lain:

1.     Pemerintah menyediakan kesempatan pendidikan gratis. Pendidikan gratis ini bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal dapat ditempuh melalui sekolah atau pendidikan sekolah gratis. Adapun pendidikan gratis ini bisa berupa pemberian beasiswa kepada siswa-siswa atau mahasiswa berprestasi, masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi dan bisa juga pemberian pendidikan gratis untuk seluruh warga negara. Karena dengan pendidikan produktivitas manusia bisa ditingkatkan. Dengan harapan, melalui pendidikan akan tercipta sumber daya manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, wawasan, berbudi luhur dan berakhlak mulia, sehingga SDM tersebut mampu mengurangi kemiskinan dan mampu meningkatkan perekonomian nasional. Selain itu, dari segi pendidikan non formal, pemerintah dapat memberikan program pelatihan atau kursus-kursus yang mampu meningkatkan kemampuan masyarakat. sehingga harapannya masyarakat akan semakin produktif.

2.    Penyediaan kesempatan kerja. Terjadinya pengangguran, salah satu sebabnya adalah kesempatan kerja yang relatif sedikit. Sedikitnya kesempatan kerja ini perlu ditelaah kembali apa yang menjadi penyebabnya, misalnya karena sedikitnya perusahaan atau pun pengusaha-pengusaha di dalam negeri, sehingga perlu juga untuk diketahui penyebab sedikitnya pengusaha tersebut. Jika sedikitnya perusahaan atau pun para investor dalam negeri disebabkan karena kurang modal. Maka sektor perbankan harus mempermudah akses dalam pembiayaan kredit bagi masyarakat, sehingga dengan kemudahan tersebut masyarakat akan memiliki modal untuk membuka usaha dan paling tidak dalam jangka pendek mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan dalam jangka panjang akan menciptakan lapangan pekerjaan.

3.    Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan rasa kemanusiaan terhadap sesama. Rasa kemanusiaan ini sangat diperlukan ketika ada saudara-saudara kita yang sedang dilanda kesedihan atau pun dilanda bencana. Baik dari pemerintah maupun masyarakat, jika terjadi bencana hendaknya cukup sigap dalam memberikan bantuan, baik materiil maupun moril. Hal ini akan menumbuhkan semangat bagi para korban untuk tidak senantiasa larut dalam kesedihan.

Demikian artikel dari saya... semoga bermanfaat.. Amiinn..

Comments

Popular posts from this blog

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN : TEORI NILAI GUNA (UTILITY)

Karakteristik (Ciri-ciri) Negara Berkembang dan Indikator Perbedaan Negara Maju dan Negara Berkembang

Teori Permintaan (Hukum Permintaan) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan