Karakteristik (Ciri-ciri) Negara Berkembang dan Indikator Perbedaan Negara Maju dan Negara Berkembang
Negara yang kurang berkembang ini adalah negara yang tidak mempunyai potensi untuk berkembang. Secara umum negara-negara di dunia terbagi menjadi 2
golongan, yaitu yang pertama negara-negara yang telah
maju (developed countries) yang
terdiri dari negara-negara di Eropa, Amerika Utara, New Zealand, Jepang dan
Australia, negara-negara ini disebut juga sebagai negara dunia pertama,
sedangkan negara-negara maju yang sebagian besar adalah negara-negara
komunis/sosialis seperti Rusia, Hongaria, Bulgaria, Cekosowakia dan Polandia
disebut sebagai dunia kedua. Yang kedua, negara-negara yang belum maju perekonomiannya atau negara yang
secara perekonomian masih dikategorikan terbelakang (underdeveloped countries) atau yang lebih dikenal dengan sebutan
negara-negara yang sedang berkembang (developing
countries). Negara yang sedang berkembang ini disebut juga sebagai negara
dunia ketiga atau yang disebut dengan negara selatan.
Sementara negara
yang tidak berkembang adalah negara yang tidak mempunyai prospek untuk
berkembang. Adapun negara-negara yang termasuk negara yang tidak berkembang ini
contohnya adalah negara-negara di Antartika dan bagian-bagian sahara.
Selanjutnya ada yang disebut dengan negara
yang kurang berkembang, negara yang kurang berkembang ini adalah negara
yang tidak mempunyai potensi untuk berkembang. Adapun negara yang termasuk
kategori ini adalah negara India, Pakistan dan lain sebagainya. Pada
negara-negara ini sebenarnya memiliki Sumber daya yang cukup memadai seperti SDA
dan SDM yang melimpah. Akan tetapi kemampuan dari SDM tersebut cenderung kurang
produktif, sehingga SDA belum bisa diolah secara maksimal.
Menurut Simon Kuznets, terdapat 3 definisi
keterbelakangan ekonomi, antara lain:
1. Kegagalan memanfaatkan potensi yang produktif secara
penuh, dengan
menggunakan semua ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, atau kegagalan yang
berasal dari adanya perlawanan dari lembaga-lembaga social.
2. Keterbelakangan
dalam kinerja (performance) ekonomi
3. Kemiskinan ekonomi. Adanya kegagalan untuk menyediakan biaya hidup yang
memadai dan harta yang memuaskan sebagian besar penduduk.
Ketiga hal tersebut tentunya dialami oleh
negara-negara berkembang (underdeveloped
countries)/UDC dan tetap menjadi permasalahan yang belum menemukan titik terang. Sebenarnya, negara berkembang dapat belajar dari pengalaman-pengalaman negara-negara maju, seperti Negara Jepang tidak
memiliki kekayaan SDA yang melimpah, akan tetapi negara jepang termasuk ke
dalam negara maju. Why ? Hal ini
disebabkan karena beberapa factor yang turut mempengaruhi perekonomian negara
jepang. Adapun factor-faktor tersebut antara lain: letak jepang yang strategis,
dikelilingi oleh negara-negara yang kaya akan SDA dan merupakan daerah
pemasaran hasil industry, selain itu jepang juga memiliki banyak teluk yang
dijadikan sebagai pelabuhan (pelabuhan ini dijadikan sebagai salah satu
transportasi di negara tersebut, sehingga pengiriman barang ekspor dan impor
menjadi sangat lancar), dan yang paling penting adalah masyarakat negara jepang
memiliki produktivitas dan budaya kerja atau (etos kerja) yang tinggi.
Perlu diketahui bahwa tidak semua negara berpendapatan
tinggi tergolong maju, seperti Brunai dan Uni Emirat Arab. Hal ini disebabkan
karena struktur ekonominya tidak berbeda dengan negara berkembang. Terdapat
disparitas yang tinggi dalam hal pendapatan antara negara kaya dengan negara
miskin. Kenaikan pendapatan negara maju (DC) relatif lebih tinggi dibandingkan
kenaikan pendapatan negara berkembang. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan
pada negara berkembang/miskin tersebut.
Contohnya Negara Cina, negara China memiliki pendapatan nasional tinggi, namun tidak dapat
dimasukkan sebagai negara maju karena jumlah penduduk tinggi sehingga beban
ekonomi negara juga tinggi.
Hal yang serupa pun juga terjadi di negara Arab Saudi dan Kuwait, negara ini memiliki
pendapatan
nasional tinggi, namun tidak dimasukkan sebagai negara maju sebab sumber
pendapatan negara bertumpu pada industri primer / SDA.
Negara sedang berkembang tentunya berbeda dengan
negara maju. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa indicator
(karakteristik) negara yang menentukan suatu negara menjadi negara berkembang
(UDC). Adapun indicator yang membedakan negara maju (DC) dan negara berkembang
(UDC)tersebut, antara lain:
1. Standar hidup masyarakat ; Masyarakat di negara maju (DC) memiliki standar
hidup yang tinggi, sedangkan masyarakat di negara berkembang masyarakatnya
masih memiliki standar hidup yang relative rendah.
2. Perkembangan industry. Basis industry di negara maju (DC) sudah sangat
bagus dan maju, hal didukung oleh adanya teknologi yang canggih, sementara di
negara berkembang (UDC), basis ekonomi tersebut masih belum berkembang.
3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Human development indeks/HDI). Kualitas manusia dapat tercermin atau terlihat dari
tingkat indeks pembangunan manusia yang dimiliki oleh negara tersebut. Negara
maju (DC) memiliki Indeks pembangunan manusia (IPM) tinggi, sedangkan di negara
berkembang (UDC) memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) yang relative
rendah.
4. Pendapatan Per Kapita. Negara maju (DC) memiliki pendapatan per kapita yang
tinggi, sedangkan pendapatan di negara berkembang (UDC) relative rendah. Akan
tetapi untuk melihat apakah suatu negara masuk dalam kategori negara maju atau
berkembang, tidak bisa hanya mengandalkan indicator pendapatan per kapita.
Pada sebuah kasus, ada beberapa negara kaya, yang memiliki pendapatan per
kapita tinggi namun belum dikategorikan sebagai negara maju karena
kriteria-kriteria lainnya belum terpenuhi.
Adapun ciri-ciri negara sedang berkembang (UDC)
antara lain:
1.
Tingkat hidup rendah. Adapun ciri-ciri dari tingkat hidup rendah ini yaitu
negara memiliki pendapatan per kapita rendah (fasilitas perumahan yang tidak
memadai,), pembagian pendapatan timpang atau distribusi pendapatan yang tidak
merata, rendahnya tingkat kesehatan (tingginya angka kematian bayi, umur
pendek), dan rendahnya tingkat pendidikan (banyaknya masyarakat yang buta
huruf).
2. Tingkat produktivitas rendah. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan
dan kesehatan masyarakat di negara tersebut sehingga tenaga kerja (TK)
masyarakat di negara berkembang tersebut cenderung kurang produktif.
3. Pertumbuhan Populasi dan dependency ratio yang tinggi. Untuk mengetahui jumlah penduduk yang tidak produktif
yaitu (penduduk usia 0-14 tahun +
penduduk di atas 65 tahun dibagi dengan penduduk yang berusia 15-64 tahun). Di
negara berkembang, setengah dari populasi merupakan penduduk yang berusia non
produktif hal ini disebabkan karena di negara berkembang terdapat banyak
anak-anak), sedangkan di negara maju (DC), mayoritas penduduk berusia tua.
4.
Tingkat pengangguran dan pengangguran semu tinggi. Negara berkembang memiliki ciri tingkat pengangguran
yang sangat tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat produktivitas manusia di
negara tersebut serta kesempatan kerja yang tersedia. Di negara berkembang
kesempatan kerja (lowongan kerja) jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan
para pencari kerja (job seeker). Hal
ini mau tidak mau, masyarakat yang tidak memiliki kesempatan untuk bekerja dan
tidak memiliki skill yang lain akan tetap memberikan kontribusi terhadap
tingginya tingkat pengangguran di negara berkembang tersebut. Contohnya saja di
negara Indonesia.
5. Ketergantungan yang tinggi terhadap produksi pertanian. Seperti yang kita tahu bahwa mata pencaharian
negara berkembang mayoritas adalah petani. Hal ini disebabkan karena negara
berkembang masih berfokus pada sector primer atau struktur perekonomian negara
berkembang masih struktur agraris, sehingga produk-produk ekspor pun merupakan
produk pertanian. Hal ini akan berdampak pada tingkat pendapatan yang diperoleh
oleh negara tersebut dalam perdagangan internasional. Jika negara berkembang
melakukan transformasi struktur ekonomi, dari sector agraris ke sector industri
tentunya negara berkembang dapat meningkatkan devisa negara, yang sangat
berdampak pada pertumbuhan perekonomian ke depannya.
6. Kelangkaan Alat Modal. Modal di negara berkembang relative sangat terbatas
jumlahnya.
7. Teknologi terbelakang. Teknologi yang digunakan oleh negara berkembang
masih jauh tertinggal (kurang maju) jika harus dibandingkan dengan teknologi
yang digunakan oleh negara maju. Negara maju sudah menggunakan teknologi modern
dalam meningkatkan produksi.
8. Dominan tergantung dan rentan dalam hubungan
internasional. Negara
berkembang sangat menggantungkan perekonomiannya dengan negara maju, misalnya
saja dalam hal kekurangan modal, perdagangan internasional dan lain-lain.
Negara berkembang cenderung memiliki modal yang terbatas (kecil), SDM yang
kurang produktif akan tetapi memiliki SDA yang melimpah. Dengan keterbatasan
tersebut akhirnya negara berkembang harus selalu mengundang para investor asing
untuk berinvestasi di negara mereka, yang pada akhirnya pihak yang jauh sangat
diuntungkan itu adalah negara investor tersebut. Negara berkembang hanya
sedikit mendapatkan manfaat atas keberadaan investor asing tersebut. (Hahahah..) Jika kita menelaah kasus ini
untuk jangka panjang dan bukan pendek, maka perlahan tapi pasti semua SDA yang
tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources) di Indonesia akan habis, karena seperti yang kita tahu bahwa
SDA yang tidak dapat diperbaharui itu perlu waktu ribuan tahun untuk terbentuk
kembali. Contohnya: minyak bumi, batu bara, emas, timah dan lain sebagainya.
Jika, investor asing senantiasa di undang di negara berkembang untuk
mengeksploitasi dan memanfaatkan SDA tersebut, maka generasi anak cucu
masyarakat negara berkembang (khususnya negara Indonesia tercinta ini) akan
kehilangan sumber pendapatan. Kenapa
???? Karena ketika SDA tersebut sudah habis, maka mereka para investor pun
akan pulang ke rumahnya masing-masing dan negara berkembang akan merasa “di hianati” . hahhaha….. untuk saat ini
negara Indonesia belum benar-benar merasakan dampak tersebut, akan tetapi kita
bisa melihat kenyataan seperti perusahaan batu bara, pada awalnya batu bara di
Indonesia ketersediaannya sangat banyak (melimpah ruah), akan tetapi seiring
dengan berjalannya waktu dan semakin banyak perusahaan yang mengeksploitasi batu
bara tersebut, sehingga ketersediaan batu bara pun semakin berkurang. Contoh
kongkret adalah banyaknya perusahaan yang berhenti beroperasi di suatu tempat
karena batu baranya sudah habis alias sudah tidak ada lagi, sehingga mereka
harus mencari daerah-daerah yang lainnya. Batu bara ini butuh waktu yang sangat
lama (ribuan tahun) untuk terbentuk kembali. Jadi, bisa kita bayangkan jika
semua investor asing dibiarkan mengeksploitasi SDA yang ada di Indonesia.
Kira-kira seperti apa jadinya perekonomian negara Indonesia??? Apakah akan
semakin baik??? Bagaimana dengan lingkungan alam negara Indonesia??? Apakah
akan semakin sehat??? Apakah tidak menimbulkan eksternalitas negative????.
Teman-teman bisa melihat sendiri. Begitu banyak perusahaan-perusahaan yang
beroperasi yang sudah menimbulkan eksternalitas negative seperti limbah yang
mencemari lingkungan, contoh konkret ada perusahaan batu bara yang membuang
limbah produksi mereka ke sungai, padahal sungai tersebut merupakan sumber mata
air yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Akibatnya, masyarakat kehilangan sumber
mata air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, masyarakat sekitar
memang mendapatkan pekerjaan dengan keberadaan tambang batu bara tersebut, tapi
bagaimana dengan besarnya pengeluaran atas dampak lingkungan dan kesehatan yang
mereka terima???? Apakah sebanding atau tidak??. Jika harus membahas ini, saya
semakin resah… apakah kita harus selalu tutup mata dan berpura-pura tidak
terjadi apa-apa??. Intinya negara berkembang memang membutuhkan peran serta
dari negara maju. Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk social (yang
saling membutuhkan), akan tetapi meskipun
harus memenuhi kepatuhan akan tetapi jangan kehilangan “jati diri bangsa” dan
tetap mempertimbangkan konsep sustainable development (konsep pembangunan
berkelanjutan) bukan pembangunan yang mementingkan kebutuhan saat ini saja.
Sekian dari saya.. semoga
artikel ini bermanfaat dan bisa membuka pikiran kita untuk Indonesia yang lebih
baik… (P-U 094)
Comments
Post a Comment